Senin, 20 September 2010

Sosis Goreng ala Sutiman Disukai Anak-anak


SEBUAH kotak yang berisi peralatan dapur berupa kompor minyak tanah, kuali selalu dibonceng Sutiman (30) di atas sepeda motornya, sembari keliling kampung. Kompor itu digunakan untuk menggoreng sosis, penganan berbahan baku tepung sagu yang dicampur daging ayam dan sangat disukai anak-anak terutama anak-anak sekolah dasar (SD).

Lelaki asal Pati, Jawa Tengah yang merantau ke Jambi tahun 1992 ini mengaku berjualan sosis goreng sejak tahun 2004 lalu. Sebelumnya bekerja serabutan dan sempat berjualan pisang molen. “Saya jualan sosis goreng ini baru lima tahun sebelumnya jualan pisang molen,” ujarnya kepada Media Jambi, Jumat (17/9) saat berjualan dipelataran SD 196 Kota Baru Jambi.

Membuat sosis tidak sulit sama halnya membuat bakso dan bahan bakunya mudah didapat. Agar lebih menarik dibentuk sesuai keinginan dan dimodifikasi. Sosis ini disajikan dengan ditusuk lalu digoreng dan diolesi saos kecap. “Sosis yang saya buat tidak sama dengan sosis buatan pabrik. Bahan bakunya dari tepung sagu dicampur daging ayam ditambah penyedap rasa, tanpa bahan pengawet,” jelasnya.

Dalam sehari dia bisa menjual 600 tusuk dengan harga pertusuknya Rp 500. Untungnya lumayan, dalam sehari bisa memperoleh penghasilan kotor hingga Rp 300 ribu. “Kalau dihitung keuntungan bersih berkisar Rp 200 ribulah,” ujar dia.

Ayah dua anak yang tinggal di Rt 8 Kelurahan Rawasari, Kecamatan Kota Baru Jambi ini mengatakan tertarik membuat sosis goreng karena anak-anak lebih suka makan makanan yang memakai saos dan kecap. “Sebelum jualan saya teliti dulu makanan apa yang disukai anak-anak,” ujar dia lagi.

Untuk menjual makanan ada trik yang harus dipahami yakni bagaimana cara menyajikan makanan agar dapat menarik perhatian konsumen. Baik itu kemasan maupun kebersihananya. “Biarpun rasanya enak tapi cara menyajikan tidak bagus orang tidak akan tertarik untuk membeli. Apalagi anak-anak,” ujar lelaki yang hanya tamatan SMP ini.

Diapun yakin usaha yang dilakoninya ini dapat menjadi penunjang hidup keluarga. Hasil dari jerih payahnya ini selain dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, membiayai anak sekolah dan juga dapat membeli satu unit sepeda motor yang dijadikan alat transportasi. “Alhamdulillah dari hasil usaha ini dapat mengangsur kredit sepeda motor,” ucapnya.

Suami tercinta Sarinah (30) ini berkeinginan membuka usaha yang lebih besar. Namun kendala yang dihadapinya yakni keterbatasan modal. Dia telah beberapa kali mengajukan proposal ke bank dan beberapa perusahaan swasta. Tapi hingga saat ini belum ada satupun yang menyetujui permohonannya ini. “Mau pinjam ke bank harus ada sertifikat tanah sebagai jaminan. Rumah saja masih ngontrak darimana dapat sertifikat,” ujarnya dengan logat Jawa yang kental. Dia berharap suatu saat nanti ada bapak angkat yang mau meminjamkan modal untuk mengembangkan usaha.(mas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar