Senin, 19 Juli 2010

Kerupuk Udang Berkah Messy

* Terinspirasi Krupuk Lebaran

AWALNYA hanya mencicipi nikmatnya kerupuk udang di waktu Lebaran, menginspirasi Suyatman (28) untuk membuka usaha serupa. Dan, kini, usaha itu terus bertahan, bahkan bisa menopang hidup keluarganya.
Suyatman yang ketika itu masih bekerja sebagai karyawan gudang di sebuah swalayan di Kota Jambi, patut bangga, karena mendapat
dukungan dari sang Bos, yang memang dikenal sebagai pembina industri makanan rumahan (home industri) di Jambi.
“Jadi sambil bekerja di swalayan saya juga menjalankan usaha krupuk udang ini dibantu istri, dan mulai memasukan ke swalayan tempat saya kerja dan juga swalayan lainnnya,” kata Suyatman kepada Media Jambi, Minggu pekan lalu.
Ketika memulai usaha Januari 2008 lalu, Suyatman mengaku mendapat bantuan modal dari seorang teman dekat sebesar Rp 10 juta. “Tapi dalam 10 bulan sudah bisa saya kembalikan. Itupun tanpa bunga,” kata Suyatman.
Nopember 2008 karena semakin banyak permintaan, Ia terpaksa mengundurkan diri sebagai karyawan swalayan yang telah tujuh tahun dijalankannya. “Awalnya memang masih bisa dikerjakan sambilan bersama istri, namun kemudian harus lebih fokus sehingga saya harus berhenti bekerja di swalayan,” kata Suyatman kepada Media Jambi, di rumahnya di Kasang Pudak, Kabupaten Muarojambi.
Saat ini Suyatman mulai menjajaki untuk mengolah sendiri bahan baku kerupuk udang yang selama ini sangat tergantung dengan pasokan kerupuk mentah dari Kota Kuala Tungkal. “Saya hanya menggoreng dan mengemasnya dengan merek sendiri dan kemudian menjualnya melalui swalayan-swalayan yang ada di Kota Jambi dan juga toko-toko penjual pempek. Suyatman menamakan produk krupuk udangnya dengan merek dagang Krupuk Udang Pedas “Berkah Messy 33” Oleh-oleh khas dari Kuala Tungkal Jambi. Diapun sudah mengantongi izin Dinkes No 206157101621. Ada dua jenis produk yang dijual Suyatman, Krupuk kemplang ukuran besar dan kecil serta jenis stick.
Saat ini tenaga pemasaran hanya dikerjakan sendiri oleh Suyatman dan hampir seluruh swalayan di Kota Jambi ada menjual produk krupuknya termasuk Dekranasda Provinsi Jambi. “Kalau keuntungan saat ini bisa mencapai sekitar 30 persen. Tapi belum termasuk kalau ada retur,” kata Suyatman. Menurut Yatman, retur bukan karena tidak laku terjual tapi karena krupuk dalam kemasan banyak yang sudah hancur. “Kalau ketahannya bisa sampai 2,5 bulan, asalkan jangan sampai kemasan bocor bisa membuat krupuk tidak garing lagi,” paparnya. Pemilihan swalayan sebagai pemasaran juga karena Yatman membidik kalangan menengah atas. “Harga satu bungkus Rp 13.500, beratnya sekitar dua ons. Untuk satu kilogram krupuk mentah bisa untuk enam sampai tujuh bungkus krupuk jadi tergantung jenis krupuknya,” jelas Suyatman. Ia juga menjual krupuk mentah di beberapa toko krupuk di Kota Jambi. Dari segi penjualan Yatman mengaku semakin meningkat. “Awalnya dari 20 kg krupuk mentah sekarang setiap bulan sudah bisa menjual 100 kg krupuk,” katanya. Seperti juga industri kecil lainnya, Suyatman mengaku masih membutuhkan bantuan modal untuk memperluas usahanya. “Saya terkendala modal untuk menambah produk dan memperluas pasar. Nanti jika minyak tanah tidak ada lagi dipasaran saya harus mencari solusi lain untuk penggantinya,” ungkapnya. (ade)

1 komentar:

  1. Saya ingin membeli krupuk udang Berkah Messy dari toko anda, berapa kg saya harus beli supaya saya dapat harga yg lebih murah lagi? Tolong jawab di email saya sigitwit1@gmail.com makasih sebelumnya

    BalasHapus