Minggu, 17 Oktober 2010

Musadat, Manjakan Konsumen Pecinta Burung


Berdagang burung, ternyata sangat berbeda dengan berdagang hewan unggas bernyawa lainnya. Walaupun Risiko kematian hewan tetap mengancam, tetapi sebagian pedagang tidak terpengaruh permasalahan yang selalu siap mengancam tersebut.

Pasar burung memiliki pangsa pasar khusus yang memanjakan penghobi burung. Mereka bisa berasal dari berbagai latar belakang profesi dengan hobi yang sama yaitu memelihara burung. “Peminatnya berasal dari golongan menengah keatas ini kerap hadir di setiap adu lomba burung berkicau.” ujar Musadat pedagang burung yang mangkal di pasar burung belakang Masjid Raya Magatsari kepada Media Jambi, Kamis, (14/10).

Baginya pecinta hewan peliharaan ini, jika menyukai seekor burung, maka berapapun harga yang ditawarkan penjual akan dibayar tanpa menawar lagi. Ditambahkannya modal pertama berdagang burung hanya tiga juta rupiah, lengkap dengan aneka burung serta sangkarnya. Burung-burung dagangan dipasok dari agen burung yang berasal dari Lampung, Palembang dan Pekan Baru. Sedangkan sangkar juga dipesan melalui agen dan dipasok dari Jawa.

Sejak empat tahun terakhir, dia mencoba untuk membuka usaha sendiri, setelah sebelumnya empat tahun bekerja dengan Mas Adi, seorang pedagang burung di wilayah Murni. “Jualan burung berkicau cukup menguntungkan, namun penuh resiko kematian,” ujarnya.

Aneka jenis burung yang dijual dan diminati pembeli antaranya murai batu yang bisa mencapai harga Rp 400 ribu, cecak ijo Rp 300 ribu dan kacer Rp 50 ribu, adapun burung-burung lain yang tetap dicari oleh pelanggan yaitu mandarin boksai dan boksai hongkong.

Burung-burung yang dipajang dikios musadat semuanya di bawa pulang kerumah, dan tiap harinya musadat merawatnya dengan memberi makan tiga kali sehari, adapun besar biaya makan para burung dagangan musadat bisa memakan biaya sebesar lima puluh ribu perhari.

Omset penjualan yang didapat sehari-hari berkisar antara seratus lima puluh ribu sampai dengan dua juta perhari jika sedang ramai, besar untungnya jika pendapatan lima ratus ribu, maka musadat bisa untung sampai dengan seratus lima puluh ribu rupiah.
Risiko menjual burung tidak terlalu besar, hanya capek merawat dan memberi makannya saja. Mengenai burung-burung langka yang dilindungi , saat ini sudah susah dicari kalaupun ada yang berani membeli hanya pihak-pihak tertentu yang kebal dengan hukum. (mas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar