Senin, 14 Juni 2010

Syafrul

Pedagang Karpet Kakilima

BIASANYA jika anda mau membeli karpet harus ke toko dengan harga yang lumayan mahal. Namun kini sudah bisa di jumpai dipinggir-pinggir jalan protokol di Kota Jambi dengan harga dan kualitas bersaing dengan karpet yang ada di toko. Coraknya pun tak kalah menariknya.

“Kualitas disini tidak kalah dengan karpet yang dijual di toko dan harganya juga bersaing,” ujar Syafrul (42) satu dari beberapa pedagang karpet kakilima kepada Media Jambi, Jumat (11/6) ditempat mangkalnya Jalan Kapitan Pattimura tepatnya di depan kuburan China.

Ayah tiga anak ini tertarik berjualan karpet karena melihat selama ini konsumen membeli karpet harus ke toko yang harganya sangat mahal. Selain itu dia melihat selama ini belum ada pedagang yang menjual karpet di kakilima. “Saya yakin usaha ini cukup menjanjikan, dan karena hampir setahun berjualan karpet untung cukup menggiurkan,” ujar Syafrul.

Agar konsumen dapat melihat corak dan warna puluhan helai karpet di bentangkan diatas seutas tali. Dengan demikian calon pembeli dapat melihat langsung, baik corak, kualitas maupun lebar karpet yang diinginkan.

Mengenai harga yang ditawarkan cukup bervariasi. Harga satu lembar karpet berkisar antara Rp 200.000-Rp 450.000. Dalam sehari terjual dua hingga 10 lembar karpet. Semua barang dipasok dari Jakarta. “Namanya juga orang berdagang, penghasilan sulit diprediksi, namun penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” ujar warga Lorong Anda Kelurahan Mayang Mangurai Kota baru Jambi ini.

Pelanggannya umumnya adalah orang-orang yang melintas baik yang datang ke Kota Jambi maupun yang akan berangkat keluar daerah. Karena jalan ini merupakan jalan protokol. Mantan pedagang buah keliling ini mengaku dalam berjualan dipinggir jalan pernah mendapat peringatan dari Pemerintah Kota Jambi. Karena dianggap barang dagangan yang di bentangkan dipinggir jalan ini dapat merusak pemandangan. Namun surat peringatan itu tidak ditanggapinya. Pasalnya karpet yang dijualnya dibentangkan jauh dari jalan dan tidak mengganggu arus lalulintas.

Selama berdagang dia selalu disiplin, tidak pernah membuang sampah sembarangan. Kalaupun ada sampah yang berceceran disekitar tempatnya dibersihkan. “Pemerintah boleh-boleh saja memberi peringatan, jika kegiatan yang saya lakukan salah. Tapi kalau tidak salah mengapa takut. Saya jualan untuk memenuhi kebutuhan keluarga tidak ada alasan lain. Sehari saja saya tidak jualan keluarga saya mau makan apa. Saya ini pedagang kecil yang rezekinya cari pagi habis sore,” tegas lelaki asal Pesisir Selatan Sumatera Barat ini.

Kendala lain yang dihadapi sulitnya mencari talangan dana untuk permodalan. Sebab untuk meminjam uang ke bank harus ada jaminan berupa sertifikat tanah. Kedepan jika memiliki modal lebih Syafrul berniat akan membuka usaha yang lebih besar. Dengan menambah koleksi karpet, baik buatan lokal mamupun yang didatangkan dari luar negeri. “Untuk saat ini rumah saja masih ngontrak, bagaimana memiliki sertifikat,” ujar lelaki yang memiliki tubuh gempal ini.(mas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar