Senin, 01 November 2010

Berkembang Karena Mengerti Nelayan


Koperasi LEPP Mitra Mandiri

USAHA pemberdayaan ekonomi pesisir melalui koperasi mulai membuahkan hasil nyata. Terbukti, Koperasi Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir (LEPP) Mitra Mandiri di Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabar) berkembang pesat.

Koperasi yang berdiri sejak 2002 lalu dikomandoi H Andi Syarifuddin (61) mampu mendirikan beberapa unit usaha. Mulai dari simpan pinjam, Swamitra Mina (penangkapan ikan), kedai pesisir (sejenis usaha waralaba), hingga pengelolaan pabrik es. Hingga kini memiliki 29 karyawan.

''Tujuan utama LEPP meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengembangan kegiatan ekonomi, dan penguatan kelembagaan ekonomi dengan mendayagunakan SDM perikanan dan kelautan secara optimal,” kata H Puding begitu dia biasa dipanggil.

Berikut Media Jambi akan menguraikan dua unit usaha yang dikelola oleh Koperasi LEPP Mandiri, yaitu kedai pesisir dan usaha pengolahan es.

Kedai Pesisir
Sediakan Kebutuhan Nelayan
Tidak banyak koperasi yang mampu bertahan lama. Kalaupun ada, aktivitasnya pasang dan surut. Bahkan, ada yang hanya menyisakan papan nama koperasi, sepi tanpa aktivitas. Tapi tidak dengan Kedai Pesisir yang merupakan gerai dari Koperasi LEPP Mitra Mandiri. Beralamat di Jalan Bawal Rt 28 Kampung Nelayan, Kecamatan Tungkal II, Kualatungkal. Kedai ini mulai beroperasi sejak 4 September 2006, dan hingga kini usaha terus berkembang, bahkan omzet per hari lebih Rp 1 juta.
“Kedai ini melayani kebutuhan nelayan terhadap sembilan bahan pokok (sembako), spare part (suku cadang) mesin perahu/kapal dan peralatan penangkapan ikan,” kata manajer Kedai Pesisir Rian Sagita SE kepada Media Jambi, Jumat (22/10). “Berkembangnya kedai pesisir ini ini karena para nelayan sudah mengerti arti pentingnya koperasi. Kita menerapkan sistem swalayan,” tambah Rian.

Sistem swalayan menghantarkan kedai pesisir Kualatungkal ini memperoleh predikat terbaik dari 50 kedai pesisir di Indonesia. Kedai ini juga memiliki sistem komputerisasi yang modern. Jumlah stok barang dapat diketahui dengan mudah.

Menurut alumnus Fakultas Ekonomi (FE) Unja tahun 2000, Kedai Pesisir ini dibuka dengan modal Rp 200 juta, Rp 120 juta untuk modal kerja dan 80 juta berupa investasi. Semua modal berasal dari Koperasi Swamitra. Kedai pesisir ini merupakan kedai periode ke-empat yang berkembang pesat.

Kedai yang beroperasi secara aktif sejak sejak Januari 2007 buka dari pukul 07.30 hingga pukul 22.00 WIB setiap hari. Didukung empat karyawan. “Kami buka dari pagi hingga malam. Sebab para nelayan terkadang pulang pagi dan tak jarang yang pulang malam. Mereka membutuhkan berbagai macam kebutuhan. Saat ini sudah ada 40 nelayan sebagai pelanggan tetap,” ujar Rian.

“Kedai Pesisir didukung SDM yang memadai. Maju mundurnya usaha ini juga tergantung anggota. Untuk hutang kepada pelanggan hanya dangan saling percaya. Karena terkadang sekali melaut belum tentu membawa hasil tangkapan,” tambah Sekretaris Koperasi LEPP Swamitra, Syafrudin SE.

Kedai Pesisir hanya melayani pelanggan dalam bentuk barang. Harga sembako dan kebutuhan nelayan lainnya yang dijual bersaing dengan toko-toko di Kota Kualatungkal. “Nelayan tidak perlu repot. Kembali melaut tidak perlu ganti pakaian dulu. Bisa langsung belanja, semua kebutuhan ada disini. Juga bisa berhutang menjelang menjual hasil tangkapan,” ujar Abduh (31) seorang nelayan saat membeli jala. (mas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar