Selasa, 17 Agustus 2010

Abdi Nur


Membuat Aneka Produk dari Resam
RESAM merupakan tumbuhan liar (gulma) yang biasa tumbuh di perkebunan karet. Selama ini belum dimanfaatkan karena belum diketahui bagaimana cara mengolahnya sehingga bernilai eknonomis. Padahal tumbuhan itu mudah tumbuh dan mendominasi di daerah ini. Adalah, Abdi Nur (48) yang tertarik menelitinya, dan berhasil menciptakan berbagai produk dari serat resam.
“Usaha ini saya rintis sejak tahun 1995 dan mendapat sambutan hangat dari konsumen. Itulah awal kisah saya membuka usaha kecil-kecilan ini,” ujarnya kepada Media Jambi, Selasa (10/8) di tempat usahanya Desa Suka Maju KM 13 Sebapo Kampung Kalimantan, Kecamatan Mestong, Kabupaten Muaro Jambi.
Menurutnya resam merupakan bahan baku yang sangat baik untuk dijadikan anyaman, karena mutu dan kualitasnya tak kalah dengan rotan. “Hasil anyaman resam memiliki nilai eknomis dan artistic yang cukup bagus,” tuturnya.
Menurut ayah empat anak ini, untuk anyaman yang digunakan adalah seratnya. Batang resam memiliki panjang mencapai 5 sampai 7 meter dan jika sudah tua berwarna coklat kehitam-hitaman. Resam diambil batangnya dan daunnya dibuang. Lalu dikupas untuk diambil isinya, isi batang resam ini bersifat lentur sehingga mudah dianyam, terutama disaat basah. Setelah dianyam dibiarkan mengering dan keras. Diingatkannya, jangan sekali-kali menganyam resam yang sudah kering karena bukannya jadi anyaman tapi patah-patah.
Proses penganyaman agar menjadi sebuah produk sangat sederhana, pertama dianyam kemudian dijemur setelah itu dipernis. Produk anyaman yang dikembangkan berupa tas, vas bunga, tempat buah, topi, gelang, wadah telur, tempat piring, tirai dan wadah antaran pengantin. “Produk dapat disesuaikan dengan pesanan. Apapun jenis anyaman Isya Allah dapat dibuat,” ujarnya lagi.
Keterampilan membuat anyaman ini bermula dari sekadar hoby membuat layang-layang dan berbagai bentuk permainan yang berasal dari bambu. Untuk menganyam dia tidak pernah belajar secara khusus, tapi dipelajari secara otodidak. “Alhamdulillah dari hasil anyaman ini dapat menopang ekonomi keluarga dan dapat membuka lapangan kerja bagi warga desa,” jelasnya.
Guna mengembangkan usaha saat ini Abdi Nur mempekerjakan 10 orang pekerja lepas. Maksudnya bekerja tidak setiap hari tapi jika ada pesanan banyak, karena pemasaran produk masih menunggu pesanan dari pembeli. Karena keterbatasan modal yang dimiliki untuk stok barang produksi. Dalam sehari dapat dikerjakan sekitar 50 buah produk perorangnya.
Bicara masalah harga, menurutnya harga anyaman resam bervariasi tergantung bentuk dan jenis produk yang dijual harga berkisar Rp 50.000 sampai Rp 150.000 perbuahnya. Sedangkan kendala yang dihadapi selain proses produksi juga modal. Proses pengolahan bahan masih dilakukan secara manual. Sehingga kuantitas dan kualitas produksi tidak bisa dicapai. Bila ada permintaan pasar yang cukup besar dibutuhkan waktu yang lama untuk mengolahnya.
Untuk memasarkan produk dia menjalin kerjasama dengan berbagai pihak. Termasuk melakukan kegiatan promosi pada pameran-pameran di berbagai wilayah dalam Provinsi Jambi. Sedangkan prestasi yang pernah diraih pernah mewakili Provinsi Jambi pada pekan pameran teknologi di Mataram dan Jakarta tahun 2004 dan mendapat undangan khusus dari Walikota Surabaya pada acara pameran Surabaya tahun 2005. Selain itu pada pameran produk kreatif di Jakarta tahun 2009 lalu. “Agar produk dapat dikenal saya telah memanfaatkan jaringan internet,” jelasnya.

Didik 500 Perajin
Agar anyaman resam ini dapat berkembang di Provinsi Jambi Abdi Nur mendidik sekitar 500 orang perajin. Banyak diantara mereka telah mandiri dan berkreasi menciptakan aneka produk, mereka tersebar diberbagai pelosok di Provinsi Jambi.
“Saya bangga melihat anak didik saya bisa berhasil. Setidaknya hasil anyaman yang dibuat ini dapat membantu ekonomi keluarga. Dan berapa banyak pengganguran yang dapat bekerja,” ujarnya dengan nada bangga.
Abdi Nur yakin usaha anyaman resam ini dapat bersaing dengan produk lain. Hal ini disebabkan bahan baku cukup banyak dan mudah didapat. Karena pohon resam selama ini tumbuh diberbagai wilayah. Tidak seperti rotan yang saat ini mulai langka.
Namun katanya, pemerintah harus membantu baik inovasi maupun pemasaran. Menganyam membutuhkan ketelitian dan ketekunan serta kesabaran tidak semua orang bisa menganyam. Sebagai tempat menampung hasil kerajinan warga Abdi Nur membuat sebuah galeri.
Kedepan dia bercita-cita untuk mengembangkan dan menambah kreasi dari produk dan terus melakukan promosi sehingga produk anyaman resam ini dapat dikenal dan dapat dijadikan oleh-oleh khas dari Provinsi Jambi. Untuk itu diharapkan kepada Pemerintah Provinsi Jambi dapat membuat pasar khusus cenderamata. Dengan demikian aneka kerajinan khas Jambi dapat diperoleh ditempat itu. “Kita dapat lihat di daerah lain ada pasar cenderamata. Mengapa di Jambi tidak ada. Padahal perajin aneka produk kerajinan cukup banyak,” ungkapnya.(mas)

1 komentar: