Selasa, 10 Agustus 2010

Gilang Muhammad


Mengolah Batok Kelapa Menjadi Kutu Bulan

KUTU bulan, mungkin jenis produk satu ini masih asing di telinga masyarakat Jambi. Namun, itu adalah karya produktif mahasiswa Universitas Jambi dari batok kelapa, hasil program pendampingan mahasiswa Universitas Jambi bidang wirausaha. Produk ini dipersiapkan mengikuti lomba kreativitas dan inovasi muda tingkat nasional tahun 2011 mendatang di Makasar. “Produk kutu bulan merupakan konsep inovasi untuk memberikan nilai tambah pada batok kelapa sehingga menjadi produk yang kreatif yang bisa diterima pasar,” ujar Gilang Muhammad (19) kepada Media Jambi, Kamis, (5/8) disela-sela acara Pekan Kreatif RRI di Mall WTC Batanghari Jambi.
Mahasiswa semester III Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntasi Universitas Jambi, mengatakan ketersediaan batok kelapa sebagai bahan baku di Kota Jambi mencapai empat ton/hari yang tersebar di berbagai pasar, toko manisan. Namun benda ini belum mempunyai nilai tambah sehingga hanya digunakan menjadi arang atau dijual untuk wadah menderes karet dan sebagian dibuang percuma. Padahal batok kepala jika diolah akan memiliki nilai jual yang cukup tinggi dan dapat menambah penghasilan dengan kreativitas tangan terampil.
Anak kembar, buah hati pasangan Ir Dede Martino, MP Sekretaris Program Wirausaha Unja dan Ir Yulma Erita ini melihat batok kelapa tahan air, tahan panas dan tidak mudah pecah bisa diolah menjadi aneka produk seperti cup lampu, kutu bulan dan banyak produk lainnya. “Agar batok kelapa ini memiliki nilai tambah maka perlu disain kreatif yang memiliki nilai estetika dan ekonomi sehingga dapat diterima konsumen,” ujarnya.
Kutu bulan didisain dengan filosofi langit tanpa batas. Artinya disain dieksplorasi dengan berbagai cara dan tidak ada pengekangan disain. Kutu bulan ini bisa jadi tempat wewangian yang dapat dilakukan dengan isi ulang. Dapat digunakan untuk hiasan meja, ruangan tamu atau hiasan di mobil sebagai wewangian.
Pemuda kelahiran Jambi, 21 Mei 1991 ini mengatakan ide membuat kutu bulan ini terinspirasi karena melihat sang ayah Dede Martino (45) yang telah menciptakan berbagai produk kreativitas dan cukup dikenal hingga tingkat nasional. Dan nama kutu bulan ini diberikan karena bentuknya menyerupai kutu dengan ukuran besar. “Oleh adik saya diberi nama kutu bulan,” ujar Gilang.
Sedangkan harga yang ditawarkan cukup tinggi berkisar Rp 50.000 – Rp 70.000/buahnya. Walau mahal namun cukup diminati konsumen, terbukti pada pameran kreativ yang diadakan RRI – Jambi di Mall WTC Batang Hari laris terjual. “Bahkan ada turis dari Turki yang memesan. Dia datang menggunakan penterjemah maklum saya tidak bisa berbahasa Arab,” ujar Gilang.
Pengembangan disain ini masih membutuhkan kreativitas dan akan terus memperbaiki kekurangannya sebab nilai seni akan berpengaruh terhadap penilaian ditingkat nasional. “Tapi saya berharap dapat menjadi nominasi dalam lomba mendatang dan produk ini dapat diterima pasar,” ujarnya.
Hasil kreativitas Gilang ini mendapat apresiasi dan didukungan dari sang ayah Dede Martino. “Saya memberikan kebebasan dia untuk berkreativitas, dan berpikir sehingga usaha ini dapat berkembang. Dan usaha ini dapat menjadi embrio industri kreative di Provinsi Jambi,” ujar Manajer Sentra HAKI Unja yang dihubungi Media Jambi Jumat (6/8) yang saat ini tengah berada di Bali.(mas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar